Rachmad Priyandoko sedang menekuni teknik melukis scribble. Berawal dari coret-coret, lahir karya seni yang menawan. Pembalap dunia Valentino Rossi pun mengomentari karyanya melalui media sosial.
Laporan Septinda Ayu Pramitasari, Surabaya
GERAKAN tangan Rachmad Priyandoko di atas kertas berukuran A3 semakin cepat. Pensilnya seolah menari. Coretan-coretan kasar dan tidak beraturan itu terlihat seperti benang kusut. Tak sampai lima menit, sebuah pola terbentuk. Dahinya mengernyit. Bibirnya bergerak-gerak seolah mengucap mantra. Seperti melepaskan ledakan energi kreativitas, tangannya bergerak semakin cepat. Membuat sudut mata, hidung, dan bibir. ’’Ini memberi kesan sudut gelap,’’ kata Rachmad.
Dalam waktu sekitar 10 menit, coretan yang terkesan seenaknya itu membentuk wajah perempuan bejilbab. Perempuan tersebut adalah istrinya, Tika Yulia, yang saat itu mendampingi Rachmad. Sekilas teknik gambar dengan coret-coret tersebut terkesan semrawut. Tetapi, jika dilihat dengan memicingkan mata, gambar itu terlihat jelas. ’’Coba gambar ini dilihat dengan memicingkan mata, pasti akan tahu gambar siapa ini?’’ ujarnya.
Teknik melukis seperti itu disebut scribble. Di Surabaya, Rachmad adalah salah seorang pelopornya. Melukis dengan teknik coret-coret tersebut sebelumnya masih dianggap tidak lazim, terkesan semrawut, dan aneh. Teknik scribble merupakan coretan mengekspresikan pikiran, baik kekesalan, kejengkelan, kebahagiaan, kerinduan, maupun harapan. Bagi Rachmad, scribble juga bisa dibentuk menjadi karya seni.
”Coret-coret justru memberikan kesan gambar bernilai seni tinggi. Seperti seni lukis beraliran abstrak,’’ ujarnya.
Rachmad memang baru bergelut dengan seni scribble pada November lalu. Meski terbilang masih dini di bidang scribble, pria kelahiran 7 April 1984 itu sangat mahir. Sejak kecil, dia memang terbiasa dengan dunia gambar. Sebelumnya, dia juga bergelut dengan dunia karikatur. Saat masih di bidang karikatur, karyanya sudah diakui. Salah satunya karikatur Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf.
”Waktu itu saya diminta membuat karikatur Gus Ipul (nama panggilan Saifullah Yusuf, Red) untuk hadiah,’’ kisahnya.
Bergelut di dunia karikatur sejak 2011, Rachmad pun ingin membuat inovasi baru dalam menggambar. Akhirnya dia menekuni seni scribble. Hal itu berawal ketika dia melihat hasil karya para komunitas sketcher di Surabaya. Dia terkesan dengan hasil karya sketsa bangunan milik LK Bing (pendiri Urban Sketcher Surabaya). Komposisi gelap dan terang pada sketsa tersebut terlihat sangat bagus. Akhirnya, dia mencoba untuk menerapkan teknik itu dalam bentuk wajah. Bedanya, teknik yang digunakan adalah teknik arsir kasar atau coret-coret.
”Waktu itu saya ingin membuat sesuatu yang berbeda,’’ jelas asisten dosen Jurusan Interior Desain Universitas UK Petra itu.
Dia mengakui, membuat scribble tidak mudah. Salah satunya harus mengenal karakter tokoh yang akan digambar. Selain itu, harus mampu memahami sisi gelap dan terang. Misalnya, untuk membuat sisi gelap, coretan dipertebal dan lebih rapat. Untuk membuat sisi terang, coretan dibuat lebih lebar dan renggang. ”Pengenalan teknik sisi terang dan gelap ini penting,’’ ujarnya.
Rachmad menceritakan, dirinya kali pertama membuat seni scribble dengan menggunakan gadget. Melalui aplikasi menggambar, dia membuat scribble wajah tokoh-tokoh terkenal di dunia. Misalnya, Bruce Lee, Joko Widodo, dan Valentino Rossi. ”Saya memang sangat tertarik untuk membuat gambar wajah,’’ ujarnya.
Ayah satu anak itu pun memamerkan karyanya melalui media sosial (medsos). Mulai Facebook, Twitter, Path, hingga Instagram. Tidak perlu menunggu lama, respons bermunculan. Selain mendapat komentar bagus, banyak yang me-like gambar-gambar scribble karyanya. ”Saya coba share sekali. Ratusan orang berkomentar positif,” ujarnya.
Dari situlah, Rachmad semakin optimistis bahwa seni scribble mudah diterima. Tidak kehabisan akal untuk mempromosikan seni scribble, dia memanfaatkan momen. Misalnya, memanfaatkan grup Hit 80-90 yang sedang booming di Facebook. Dia memasukkan scribble tokoh-tokoh terkenal di era itu dalam grup tersebut. Tidak disangka, responsnya semakin banyak. Komentarnya pun membeludak. ”Saya selalu share ke teman-teman seniman. Jadi, yang merespons juga orang-orang hebat,’’ jelasnya.
Bahkan, lanjut dia, scribble Valentino Rossi karyanya juga mendapat apresiasi langsung dari akun resmi pembalap ternama itu, the46doctor.
Untuk menarik minat orang, Rachmad membuat berbagai kuis di medsos. Sebuah sayembara yang pemenangnya mendapat hadiah scribble wajahnya secara gratis. Ladang rezeki makin terbuka. Banyak yang memesan scribble. ”Saya tidak menyangka kalau sampai banyak peminatnya. Mulai yang gratis di kuis hingga pemesanan pribadi,’’ imbuhnya.
Rachmad menyebut, karya buatannya dibeli dengan harga Rp 100 ribu–Rp 500 ribu per wajah. Dalam sebulan, pesanan scribble bisa mencapai puluhan. ”Termahal Rp 3 juta,’’ ungkapnya.
Meski begitu, lanjut dia, yang kini menjadi fokus utama bukanlah penjualan. Melainkan mengenalkan scribble ke seluruh masyarakat. Dengan banyaknya peminat, artinya sudah banyak orang yang mulai mengenal teknik coret-coret sebagai seni gambar. ”Saya rasa promosi yang saya lakukan berhasil membuat orang mengenal seni scribble,” ungkapnya.
Rachmad menuturkan, dalam waktu dekat dirinya mengadakan road show dan workshop gratis untuk masyarakat. Khususnya, membuat scribble dengan menggunakan gadget. ”Sebenarnya membuat scrabble dengan gadget itu lebih mudah dibandingkan manual. Daripada hanya dibuat mainan yang tidak jelas, lebih baik gadget digunakan untuk membuat karya seni yang layak jual,’’ jelasnya.
Rachmad pun ingin makin memopulerkan scribble di Surabaya. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia menggandeng berbagai kalangan. Mulai pelajar, mahasiswa, hingga pengusaha. Teknik tersebut juga menjadi salah satu materi yang diajarkan kepada mahasiswanya di kampus. ”Harapan besar saya, ingin membentuk komunitas scribble. Jadi, sekarang saya harus mengajarkan kepada banyak orang tentang scribble,’’ jelasnya.
Untuk menunjukkan eksistensinya, Rachmad segera mengadakan pameran tunggal khusus scribble. Saat ini ratusan karya telah dibuatnya. Namun, untuk persiapan pameran tunggal, dia hanya memamerkan sekitar 10 karya terbaik miliknya. ”Sebelumnya saya pernah ikut pameran, tapi masih gabungan dengan beberapa seniman. Baru kali ini saya pameran tunggal,’’ tandasnya. (*/c7/ayi)