Banyak wanita yang bercita-cita menjadi pramugari karena profesi tersebut dianggap membanggakan. Selain karena gaji besar yang didapat, penampilan yang mewah dengan dandanan cantik selalu melekat pada profesi ini. Profesi pramugari memang identik dengan kemewahan.
Hilary pun dengan lugas memberi tahu bahwa gaji seorang pramugari seperti dirinya dari Singapore Airlines adalah sebesar minimal SIN$ 3.300 (sekitar Rp. 32.670.000), sedangkan bila memasuki peak season saat musim liburan bisa sampai SIN$ 4.700 (sekitar Rp 46.530.000). Saat ini kurs SIN$ 1 setara dengan Rp 9900.
Namun, hal yang bertolak belakang dikemukakan oleh, sebut saja namanya Hilary. Ia justru mengaku tersiksa menjalani profesi sebagai pramugari salah satu maskapai penerbangan papan atas dunia Singapore Airlines.
Hilary menceritakan pengalamannya yang sangat tidak mengenakkan. Ketika bekerja, ia kerap mendapat perlakuan buruk seperti lembur berlebihan, dilecehkan penumpang, dikelilingi godaan rekan kerja dan minuman keras, serta kehidupan hedonis nan rusak.
Ia lalu memutuskan untuk berhenti. Kini genap setahun Hillary sudah tidak lagi menjadi pramugari. "Sekarang saya sudah tidak terbang. Saya merasa umur saya lebih muda 10 tahun. Setelah saya berhenti, orangtua saya berkata saya telah kembali menjadi diri saya sendiri. Saya menjadi tidak mudah kesal, tidak mudah marah dan kembali menyenangkan," ujar Hilary.
Meski begitu, Hilary sebenarnya mengakui profesi tersebut begitu mewah dan membuatnya memiliki banyak uang serta kebebasan finansial. Ia pun mengatakan perasaannya berada antara kecintaan juga kebencian terhadap profesi ini.
"Saya punya hubungan antara cinta-benci dengan pekerjaan ini. Tidak diragukan, ini terlihat begitu glamor dan menyenangkan sebagai awak pesawat, Anda bisa belanja di Paris, pergi ke Amerika Serikat, sarapan di Tokyo, dan makan siang di LA (Los Angeles) tapi pekerjaannya sungguh sulit. Awak pesawat bekerja sangat keras demi uang!" katanya.
Selanjutnya, kata dia, tugas pramugari tidaklah sederhana, yaitu hanya sebagai pelayan di udara. Lebih dari itu, pramugari juga terbebani sejumlah pekerjaan seperti petugas keselamatan, pembawa barang, dan lain sebagainya.
"Anda tidak hanya seorang pelayan di udara, tapi juga petugas keselamatan, pembawa barang, bartender, pembersih toilet, polisi, perawat bayi, pembantu, dan lain-lain. Daftar ini terus bertambah. Banyak gadis tidak tahu ini sebelum mereka bergabung dan mereka dalam tekanan hidup sejak memulai pekerjaan," ungkapnya.
Bahkan dengan nada sarkastik ia menceritakan bahwa dalam sebuah penerbangan dengan Airbus A380 Jumbo Jet menuju Sydney yang mengangkut 399 penumpang di kelas ekonomi, terjadi sebuah kekacauan dimana para penumpang tersebut membuat keributan dan kabin berantakan, "saking sibuk dan repotnya saya karena harus mondar-mandir sepanjang waktu di lorong pesawat, seolah-olah celana dalam yang saya pakai berubah (menipis) menjadi G-string", keluhnya.
Saking kerasnya tekanan yang dialaminya, Hilary mengaku pernah sampai menangis. Ia pun sampai tidak ingin bekerja.
"Saya menangis karena saya takut pergi kerja... Pekerja dengan jam kerja intensif tanpa henti bisa Anda temukan di London. Saya juga tidak ingin jauh dari keluarga saya," terangnya.
Hilary pun dengan lugas memberi tahu bahwa gaji seorang pramugari seperti dirinya dari Singapore Airlines adalah sebesar minimal SIN$ 3.300 (sekitar Rp. 32.670.000), sedangkan bila memasuki peak season saat musim liburan bisa sampai SIN$ 4.700 (sekitar Rp 46.530.000). Saat ini kurs SIN$ 1 setara dengan Rp 9900.
Namun, hal yang bertolak belakang dikemukakan oleh, sebut saja namanya Hilary. Ia justru mengaku tersiksa menjalani profesi sebagai pramugari salah satu maskapai penerbangan papan atas dunia Singapore Airlines.
Hilary menceritakan pengalamannya yang sangat tidak mengenakkan. Ketika bekerja, ia kerap mendapat perlakuan buruk seperti lembur berlebihan, dilecehkan penumpang, dikelilingi godaan rekan kerja dan minuman keras, serta kehidupan hedonis nan rusak.
Ia lalu memutuskan untuk berhenti. Kini genap setahun Hillary sudah tidak lagi menjadi pramugari. "Sekarang saya sudah tidak terbang. Saya merasa umur saya lebih muda 10 tahun. Setelah saya berhenti, orangtua saya berkata saya telah kembali menjadi diri saya sendiri. Saya menjadi tidak mudah kesal, tidak mudah marah dan kembali menyenangkan," ujar Hilary.
Meski begitu, Hilary sebenarnya mengakui profesi tersebut begitu mewah dan membuatnya memiliki banyak uang serta kebebasan finansial. Ia pun mengatakan perasaannya berada antara kecintaan juga kebencian terhadap profesi ini.
"Saya punya hubungan antara cinta-benci dengan pekerjaan ini. Tidak diragukan, ini terlihat begitu glamor dan menyenangkan sebagai awak pesawat, Anda bisa belanja di Paris, pergi ke Amerika Serikat, sarapan di Tokyo, dan makan siang di LA (Los Angeles) tapi pekerjaannya sungguh sulit. Awak pesawat bekerja sangat keras demi uang!" katanya.
Selanjutnya, kata dia, tugas pramugari tidaklah sederhana, yaitu hanya sebagai pelayan di udara. Lebih dari itu, pramugari juga terbebani sejumlah pekerjaan seperti petugas keselamatan, pembawa barang, dan lain sebagainya.
"Anda tidak hanya seorang pelayan di udara, tapi juga petugas keselamatan, pembawa barang, bartender, pembersih toilet, polisi, perawat bayi, pembantu, dan lain-lain. Daftar ini terus bertambah. Banyak gadis tidak tahu ini sebelum mereka bergabung dan mereka dalam tekanan hidup sejak memulai pekerjaan," ungkapnya.
Bahkan dengan nada sarkastik ia menceritakan bahwa dalam sebuah penerbangan dengan Airbus A380 Jumbo Jet menuju Sydney yang mengangkut 399 penumpang di kelas ekonomi, terjadi sebuah kekacauan dimana para penumpang tersebut membuat keributan dan kabin berantakan, "saking sibuk dan repotnya saya karena harus mondar-mandir sepanjang waktu di lorong pesawat, seolah-olah celana dalam yang saya pakai berubah (menipis) menjadi G-string", keluhnya.
Spoiler for glamor tapi dicibir:
Saking kerasnya tekanan yang dialaminya, Hilary mengaku pernah sampai menangis. Ia pun sampai tidak ingin bekerja.
Spoiler for jangan salah fokus dan iri dengan pulpennya ya:
Spoiler for matabelo:
"Saya menangis karena saya takut pergi kerja... Pekerja dengan jam kerja intensif tanpa henti bisa Anda temukan di London. Saya juga tidak ingin jauh dari keluarga saya," terangnya.
Spoiler for source:
Spoiler for matabelo (TERUNGKAP!!):
Spoiler for GEREGET inside!: